Bandar Lampung, Jelajahkepri.com – Ditengah-tengah gempuran permainanan anak impor di Indonesia, Riana Sari Arrinal Ibu Gubernur Bandar Lampung mengajak masyarakat Indonesia dan secara khusus para orangtua di Lampung untuk mengenalkan dan mengajarkan kembali permainan anak tradisional kepada anak-anak.
Ini sangat penting bagi anak-anak untuk memberikan kesempatan mengembangkan bakat dan minat, dan waktu luang anak serta pengembangan kepribadian anak berbasis budaya.
Sebab permainan tradisional anak itu mengajarkan pada anak untuk saling kerjasama segala hal dan untuk saling menghormati dan solider diantara sesama anak-anak, demikian ajakan Bunda Paud Lampung Riana Sari Arrinal dihadapan ratusan anak PAUD, SD dan siswa dan SMP, pegiat perlindungan anak serta para Pejabat dan kepala Dinas dilingkungan pemerintahan Propinsi Lampung, Kamis (17/10 /2019) di Mall Kedaton Lampung.
Sementara itu, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyambut baik ajakan bunda Paud Lampung mencanangkan dan mendeklarasikan untuk kembali mengenalkan dan mengajarkan kepada anak permainan tradisional anak berbasis budaya lokal yang sudah mulai ditinggalkan anak-anak.
Arist menambahkan pelestarian permainan tradisional Anak berbasis budaya lokal ini patut mendapat dukungan semua komponen masyatakat khususnya pemerintah ditengah-tengah kepungan permainaman tradisional impor sebagai upaya untuk melupakan anak terhadap gadget, games online, yang telah menjadi candu dikalangan anak-anak di Indonesia.
“Memberikan, mengenalkan dan mengajarkan permainan anak tradisionil diyakini sebagai salah cara untuk mengurangi kecanduan anak terhadap Gawai. Survey 2018 menemukan hampir 2,1 juta anak saat ini kecanduan gawai dan game online. Yang lebih mengejutkan Rumah Sakit Jiwa Cisarua Jawa Barat baru-baru ini juga melaporkan telah datang 209 anak usia 5-15 tahun dalam kondisi menderita gangguan mental dan jiwa akibat kencanduan gawai, dan game online.Banyak anak-anak ditemukan saat ini mengalami ganguan mental dan jiwa, kerusakan mata, sakau jika tidak memainkan gawai, penurunan nilai akademik anti dan kehilangan orientasi terhadap lingkungan sosial, cemas jika internet dan listrik mati dan bahkan percobaan bunuh diri,” jelas Arist kepada sejumlah media.
Keadaan ini diperparah dengan sikap para orangtua kepada anak. Orangtua juga ikut sibuk bahkan tergantung pula pada handphone sehingga melupakan tugas dan tanggungjawabnya untuk mendidik dan mendampingi ini. Anak dibiarkan asyik sendiri dengan gadget dan game onlinenya tanpa kendali, yang penting anak tidak mengganggu keasyikan orangtua.
“Pencanangan Pelestarian Permainan Trasional Anak berbasis budaya dengan mengangkat tema #SAVE OUR TRADITIONAL GAME yang digagas Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lampung bersama Bunda Paud Lampung dan atas dukungan Komnas Perlindungan Anak akan terus dikembangkan, dikenalkan dan akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah mulai dari tingkat Paud SD dan SMP dan di komunitas-komunitas anak,” ujar Dede Haryadi selaku Ketua Panitia Pelaksana Pencanangan Pelestarian Permainan Tradisional Anak.
Dicelah-celah Bunda Paud Riana Sari Arrinal mendongeng dihadapan ratusan anak-anak, Aryanto Wertha Ketua LPA Propinsi Lampung menyampaikan kepada media, bahwa pencanangan Nasional Pelestarian Permainan Tradisional Anak adalah salah satuk program LPA dan Komnas Perlindungan Anak yang dicanangkan bersama Bunda Paud Lampung dimulai dari Propinsi Lampung untuk diteruskan ke propinsi lainnya.
“Untuk kesediaan dan perhatian serius Bunda Paud Lampung mengembalikan dan mengenalkan keberadaan permainan tradisional anak yng sudah mulai punah dan ditinggalkan patut diberikan apresiasi,” tambah Aryanto.