Batam,Jelajahkepri.com – Dalam mewujudkan program penerangan di wilayah kota batam,bright PLN berupaya melakukan kinerja dengan semangat menerangi negeri terus dilakukan bright PLN Batam dengan antusiasme dan terus berupaya memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat di daerah yang terpencil. Demi mewujudkan pemerataan penerangan, bertempat di Kelurahan Galang Baru bright PLN Batam melakukan peresmian program Listrik Desa Barelang Terang pada Selasa, 20 Agustus 2019.
Kesuksesan ini, ditandai dengen penyalaan sambungan listrik untuk dua Desa di Kampung Baru dan Kampung Air Lingka secara simbolis di Kantor Lurah Kampung Baru, Kelurahan Galang Baru, Kecamatan Galang, Provinsi Kepri oleh Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Kepri Isdianto bersama Direktur Bisnis dan Pengembangan Usaha bright PLN Batam, Buyung Abdul Zalal, Lurah Kampung Baru, Lurah Galang Baru, Pereakilan Kecamatan Galang, Perwakilan Kota Batam, serta masyarakat setempat.
Hal ini juga menandakan bahwa bright PLN Batam sudah merampungkan pembangunan infrastruktur listrik di daerah kerjanya di mainland.
“Setelah dua desa ini teraliri, maka Tugas bright PLN Batam dalam melistrikan daerah-daerah di pelosok di Batam sudah selesai. Namun demikian, kegiatan penyambungannya tidak hanya berhenti disini saja. Untuk kedepannya akan tetap dan terus kami tingkatkan sehingga dapat mencapai seluruh pelosok desa,” ungkap Buyung Abdul Zalal dalam sambutannya.
Buyung juga menambahkan bahwa rasio elektrifikasi bright PLN Batam dalam mengaliri wilayah kerja, dalam hal ini adalah Pulau Batam sudah 100 persen. Namun untuk wilayah Barelang secara keseluruhan 99 persen. Artinya masih ada desa-desa yang memiliki jarak cukup jauh dari infrastruktur utama yang harus dilistriki.
“Untuk program-program yang akan datang. Kami sudah membuat roadmap bersama institusi terkait untuk melistriki semua dusun. Mudah-mudahan dapat kita selesaikan di tahun 2020,” terangnya.
Pembangunan infrastruktur listrik di mainland khususnya di Trans Barelang dimulai sejak bulan Juni 2015 lalu. Agar daerah Barelang terang benderang, bright PLN Batam menarik jaringan sejauh 60 kilometer (KM) dari pembangkit di Panaran, dengan kondisi jaringan utamanya mencapai 12 KM dan 8 KM untuk jaringan yang masuk hingga pelosok desa. Hingga kini, setidaknya sudah ada sekitar 26 wilayah di Trans Barelang yang sudah menikmati listrik.
Sementara itu Plt. Gubernur Kepri Isdianto mengucapkan terimakasih dan mengatakan apa yang sudah dilakukan oleh bright PLN Batam dalam menerangi daerah pelosok di Batam ini perlu mendapatkan apresiasi yang tinggi, mengingat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Bagi saya, apa yang dilakukan oleh bright PLN Batam perlu mendapatkan apresiasi lebih. Dan kita berharap semua desa-desa yang belum dialiri di Provinsi Kepri, nantinya bisa ikutan juga mendapatkan fasilitas seperti ini. Namun tentunya ini tugas dari PLN, bukan bright PLN Batam. Yang jelas saya sangat bangga dan apresiasikan ini semua,” terangnya.
Isdianto yakin perekonomian daerah ini akan semakin baik dengan pasokan listrik 24 jam. Dulu, aktivitas yang membutuhkan listrik hanya bisa didapat selama enam jam.“Sekarang, alhamdulillah hingga tengah malam masih bisa berusaha dan melakukan aktivitas ekonomi lainnya,” kata Isdianto.
Karena itu, Isdianto mengajak masyarakat bersyukur dengan nikmat listrik ini. Salah satunya dengan tetap membuat kawasan ini aman dan nyaman. Apalagi, dengan pasokan 24 jam ini menunjukkan bahwa kawasan ini maju selangkah dari daerah lain yang belum dapat aliran listrik.
Kegembiraan dan sambutan riang juga ditunjukkan masyarakat Kampung Baru dan Air Lingka terkait program Listrik Desa Barelang Terang ini.
“Kami sangat bersyukur oleh adanya program listrik desa selama 24 jam ini. Sebelumnya, kami hanya bisa menikmati aliran listrik dari pukul 18.00 WIB hingga 24.00 WIB, itu pun menggunakan genset,” terang Emi, Salah satu warga Kampung Baru.
Ia juga mengatakan, dengan hadirnya listrik pedesaan ini secara tidak langsung membantu masyarakat dalam berbagai hal. Salah satunya biaya yang harus dikeluarkan.
“Saat menggunakan genset selama 6 jam itu, kami harus membayar (iuran) Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu untuk setiap kepala keluarga. Jadi dalam sebulan setidaknya saya mengeluarkan uang sekitar Rp 300 ribuan untuk listrik selama 6 jam setiap harinya,” tambahnya.
Menurutnya, keberadaan listrik yang andal di pedesaan ini secara tidak langsung membantu perekonomian warga.”Ketika masih menggunakan genset, kami harus membayar iuran listrik Rp 300 ribu. Sudah mahal, listriknya hanya hidup 6 jam saja. Dengan adanya lustrik 24 jam ini saya bisa memaksimalkan usaha sembako saya hingga malam hari,” bebernya.
Hal senada diungkapkan oleh Sabtu, Ketua RT 1/RW 5 di Desa Air Lingka yang mengatakan bahwa keberadaan listrik pedesaan akan membuat pelajar di daerahnya bisa belajar dengan maksimal.
“Kadang sedih juga lihat anak-anak kita yang dapat tugas dari gurunya, namun mengerjakannya harus di laptop. Kadang tidak maksimal dalam kondisi kelistrikan yang sebelumnya. Sekarang saya yakin anak-anak bisa belajar lebih giat,” terangnya.
(Rd/PLN )