Kathmandu, -Anak-anak di Kota Kathmandu paska gempa Nepal sangat berisiko terhadap perdagangan dan eksploitasi. Kebanyakan anak-anak saat ini tinggal dipanti asuhan sejak gempa melanda pada bulan April lalu. Mereka menjadi korban perdangangan yang dikirim secara ilegal.
Hal ini disampaikan organisasi dunia (PBB) yang membidangi anak-anak (UNICEF) pada hari Jumat (19/6/16).
“Ratusan ribu kepala keluarga kehilangan rumah mereka setelah gempa bumi melanda pada tanggal 25 April dan 12 Mei lalu. Dan menewaskan 8.800 orang dan menimbulkan kekhawatiran di antara kelompok-kelompok yang ingin mengambil keuntungan dalam kondisi tersebut.
“Ribuan anak-anak Nepal diperdagangkan ke India untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks Komersial (prostitusi-red). Situasi demikian diperparah dengan paska gempa. Para pelaku kejahatan itu menargetkan anak-anak atau keluarga yang terkena gempa bumi,” kata UNICEF seperti dikutip dari Voanews
Menurut Unicef Keluarga korban gempa mungkin lebih mudah dibujuk untuk mengirim anak-anak mereka. Padahal itu sangat berisiko untuk di eksploitasi dan dijadikan Pekerja seks Komesial,” kata badan internasional itu
Diperkirakan ada sekitar 15.000 orang anak anak tinggal di tempat perawatan anak di Nepal sebelum gempa pertama, namun lebih dari delapan atau sepuluh dari mereka memiliki setidaknya satu orang, orang tua yang hidup, menurut UNICEF.
“Kehilangan mata pencaharian dan memburuknya kondisi hidup memungkinkan pedagang anak itu, sebab dengan mudah meyakinkan orang tua untuk memberikan anak-anak mereka dengan bujuk rayu dan iming-iming mendapat kehidupan yang lebih baik,” kata UNICEF Nepal Perwakilan Tomoo Hozumi.
Selain itu, para pedagang berjanji memeberikan pendidikan, makanan dan masa depan yang lebih baik. Tetapi kenyataannya adalah bahwa banyak dari mereka anak-anak bisa berakhir menjadi korban pelecehan dan dijadikan sebagai PSK,” kata Hozumi.
UNICEF mengatakan pihaknya telah bekerja dengan polisi di 84 pos pemeriksaan dan kantor polisi di Nepal dan dengan organisasi lokal untuk menciptakan pusat-pusat transit bagi korban perdagangan dan membangun poin intersepsi sepanjang perbatasan dengan India dan China.
Memperkecil gerak Pedagang Anak-anak
Pemerintah Nepal bulan lalu melarang anak di bawah umur 16 tahun bepergian tanpa orang tua atau wali, sintem ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk mencegah perdagangan manusia, dan ditangguhkan adopsi internasional untuk mencegah orang tua yang ingin mengadopsi.
Sekitar 245 anak-anak telah diselamatkan dari pedagang atau yang dikirim untuk tinggal di panti asuhan ilegal sejak gempa pertama terjadi, kata UNICEF
Radhika Aryal, seorang pejabat di Kementerian Perempuan, Anak dan Kesejahteraan Sosial di Nepal mengatakan anak-anak yang terselamatkan sampai saat ini, dari orang asing yang bepergian tanpa mengantongi surat izin dari pihak berwenang.
“Kami akan mengirim kembali semua anak-anak itu kepada orang tua atau keluarga mereka,”katanya kepada Thomson Reuters Foundation.
“Anak-anak bisa dibawa ke rumah penitipan anak hanya jika keluarga tidak mampu merawat mereka atau orang tua tidak dapat ditemukan akan ditempatkan di rumah penitipan anak sebagai jalan terakhir.”
Pendaftaran panti asuhan, juga telah ditangguhkan, UNICEF mengatakan prihatin disebut “voluntourism panti asuhan” oleh keluarga di seluruh dunia yang ingin membantu anak-anak di Nepal melalui adopsi atau panti asuhan.
Setidaknya, 40 lembaga nasional dan internasional yang merekrut sukarelawan untuk panti asuhan di Nepal telah didorong untuk menghentikan program sukarela mereka, dan delapan telah ditangguhkan, menurut UNICEF.
“Dalam beberapa kasus, anak-anak sengaja terpisah dari keluarga mereka dan ditempatkan di panti asuhan sehingga mereka dapat digunakan untuk menarik keluarga angkatnya, membayar biaya-relawan dan donor,” kata Hozumi dalam sebuah pernyataan.(Red/Voanews) editor:Gusman